Ponsel China Banjiri Indonesia : Teknologi
dan Fitur Wah, Harga Murah Meriah
|
Sejak akhir 2006 ponsel China berharga murah menyerbu pasar. Pengguna ponsel di Indonesia menyambut positif ponsel asal China ini, karena desain dan fitur yang ditawarkan termasuk canggih, bahkan berteknologi 3G, tapi dari segi harga jauh lebih murah. Bak hunian real estat dengan harga BTN. Tak mengherankan kalau ponsel China membanjiri pasar dalam negeri. Di sentra ponsel Jakarta, seperti ITC Roxy Mas, Ambassador, ITC Cempaka Putih, ITC Fatmawati, dan Plaza Semanggi banyak ditawarkan merek ponsel, yang boleh jadi, belum pernah Anda dengar sebelumnya. Sebut saja Virtu V, Hitech, StarTech, K-Touch, Huawei, ZTE, TCL, Konka, Haier, HTC, G-Smart, ZTC, Nexian, CECT, Coolpad, Kozi, Myg dan masih banyak lagi. Sekilas ponsel made in China tak kalah dengan ponsel branded seperti Nokia, Sony Ericsson, Motorola, Samsung, LG, BenQ Siemens, Philips dan merek terkenal lainnya. Bila dicermati, bodi dan fitur sekilas tak beda jauh. Tapi, soal harga, selisihnya mencolok. Ponsel-ponsel China canggih yang beredar di Indonesia, antara lain, Nexian NX-200D. Ponsel dengan harga Rp 2.500.000 ini, beroperasi pada dual mode, GSM dan CDMA, dan telah dilengkapi layar sentuh. Sama seperti ponsel branded lain, Nexian NX-200D, telah didukung fasilitas musik player, video player, dan speaker lumayan bagus, bluetooth serta kamera. Selain itu, ada juga KOZI CG-001, ponsel dual mode yang mampu beroperasi pada jaringan GSM dan CDMA yang aktif dalam waktu bersamaan. Ponsel dual mode yang bentuknya mirip ponsel buatan Sony Ericsson ini, dilengkapi fitur player MP3, video dengan fasilitas 3D+surround, dan equalizer. Bukan hanya itu, produk seharga Rp 2.650.000 ini disuport kamera 1.3 MP dan bisa dijadikan modem. Mirip PDA Jika ingin ponsel lebih keren lagi, ada Konka KC101, ponsel dual mode mirip PDA. Desain Konka KC101 tak kalah dibandingkan PDA papan atas sekelas Treo, HP, Dopod atau O2. Hanya saja, produsen elektronik asal China ini, kurang jeli. Sebab, ponsel mereka, kendati desainnya memikat, memiliki fitur lengkap seperti koneksi internet, Bluetooth, dan infrared. Mau lihat televisi di ponsel? Tak perlu membeli ponsel mahal. Sebab, telah beredar Hitech H38, ponsel China yang menawarkan fasilitas TV Phone, dengan harga miring di bawah Rp 2.000.000. Kelebihan ponsel ini, pengguna bisa menonton televisi tanpa biaya tambahan. Pengguna tinggal tarik stylus yang biasa digunakan sebagai antena. Meski harganya murah, ponsel ini telah menggunakan layar sentuh. Tak mau ketinggalan, ZTE, vendor ponsel asal China lain yang juga akan menyerang pasar domestik dengan menawarkan ponsel baru, seri ZTE F866. Ponsel berbobot 124 gram ini dilengkapi fitur 3G dengan kamera VGA untuk video calling. Layar utama berukuran 2 inci beresolusi 176 x 220 piksel berkedalaman 262.000 warna. Meski ponsel ini didukung teknologi canggih dan kamera, masyarakat Indonesia bisa membeli dengan harga murah, kurang dari Rp 1.000.000. Hal sama juga dialami Haier, vendor ponsel asal China lainnya. Ponsel unggulan yang dibawa masuk ke pasar Indonesia, yakni seri Haier M2000. Ponsel baru asal China ini datang dengan desain clamshell berbobot 78 gram dibekali fitur untuk mengakses internet lewat portal WAP 2.0. Secara keseluruhan, desain ponsel ini lumayan bagus. Hanya saja, ponsel berdimensi 89 x 45,8 x 16 mm ini tak dilengkapi, Bluetooth, USB, infrared. Beragam Hasil pemantauan Ponsel di ITC Fatmawati, Pusat Grosir Cililitan (PGC), dan ITC Roxy Mas, memperlihatkan, respon masyarakat terhadap ponsel China cukup beragam. Fendi dari Kios Trust Cellular di ITC Fatmawati menuturkan, ponsel China merek Huawei paling diminati pembeli. Per hari, sedikitnya bisa terjual 10 unit Huwawei. “Untuk ponsel CDMA, Huawei terbilang laris manis karena murah, Rp 275.000 dan sudah termasuk perdana Esia dan pulsa Rp 10.000. Konsumen menyukai layar warna Huawei yang berkualitas, garansi 1tahun, plus harga murahnya,” kata Fendi. Lain lagi dengan kondisi di Kios New Lucky Cellular. Jonathan, staf New Lucky Cellular menuturkan, ponsel China kini peminatnya kurang. Lantaran itu tokonya tak berani menyetok dalam jumlah banyak. “Ketika beberapa waktu lalu, Esia menawarkan bundling dengan Huawei, cukup diminati. Per hari bisa terjual 20 unit. Tapi, kini peminatnya sudah berkurang,” kata Jonathan lagi. Sedangkan Nanda dari Planet Handphone di PGC menuturkan, ponsel China yang laku di PGC, yakni seri Hitech H38, Hitech H39, K-Touch A905, K-Touch V908, dan K-Touch A618. Menurut Nanda, untuk menjual ponsel China pihaknya merasa kesulitan karena brosurnya minim. “Orang mau beli ponsel itu kan melihat spesifikasi yang ada terlebih dahulu. Tapi, tidak semua ponsel China memiliki brosur memadai, jadinya kita yang kesulitan,” katanya. Hal serupa diakui Fiona dari MS Mercurie Shop. Di sini, seri Hitech jadi ponsel China paling laku karena sudah dilengkapi TV. Sedangkan K-Touch banyak yang bertanya, tapi karena informasi spesifikasinya kurang, mereka urung membeli. “Kalau ponsel China informasinya lengkap seperti ponsel branded, pasti laku. Karena brosurnya kurang, kalau ada yang nanya kita jawab seadanya,” ungkap Fiona. Serbuan Ponsel China ke Indonesia ternyata tak menimbulkan kekhawatiran bagi para vendor ponsel ternama. Walaupun tetap dianggap kompetitor, namun mereka yakin konsumen akan lebih selektif memilih. “Besar atau kecil, bagi kami mereka tetap kompetitor karena dengan demikian persaingan semakin ketat dan pasar mengecil,” ujar Miske Surjadinata, Corporate Marketing & Marketing Manager Sony Ericsson Indonesia AB sebagaimana dikutip okezone. Meiske tak membantah jika semua vendor ponsel ternama, seperti Sony Ericsson dan Nokia, juga berasal dari pabrikan di China. Bedanya, vendor seperti Sony dan Nokia sangat memperhatikan security dan kenyamanan penggunaan ponsel. “Kami membuat produk yang benar-benar untuk digunakan dalam jangka waktu yang lama dan terjamin, baik penggunaan maupun after sales service-nya. Dan kita tak tahu apa ponsel-ponsel China yang ada saat ini juga memiliki kemampuan yang sama dengan kami atau tidak,” kata Miske. Menurut Miske, yang saya tahu ponse buatan China memiliki tingkatan kualitas yang berbeda-beda dan yang dikeluarkan oleh Sony Ericsson itu benar-benar kualitas utama. Sebelum ia bergabung dengan Sony Ericsson, Miske mengaku pernah menggunakan ponsel merek Sewon dengan umur yang tak mencapai enam bulan. “Kurang dari enam bulan, ponsel itu rusak entah kenapa. Ya sudah, saya tak pakai lagi,” ujar Miske lagi. Untuk menghadapi tantangan booming ponsel China 2008 ini, Sony Ericsson tak Duniatinggal diam. Konon mereka pun akan mengeluarkan fitur-fitur andalan lain yang terintegrasi di dalam ponsel hasil merger Sony dan Ericsson itu. “Ya, tunggu tanggal mainnya saja. Saya belum bisa bilang sekarang. Lagipula belum ada pernyataan resmi dari pusat,” ujar Miske.(Tabloid ponsel) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar